Kamis, 23 Oktober 2008

Sajak Negeri Entah

Sajak Negeri Entah

By Antho M Massardi

Di Negeri Entah

Semua orang kini latah

Bukan hanya lidah

Seluruh organ tubuh sudah menjadi lintah

Bukan hanya mengisap darah

Tanah, air, dan minyak mentah

Kekayaan dan hasil bumi

Keringat dan pendapat, termasuk kehendak rakyat

dirampok, dijarah tanpa menyisakan celah

Tubuh-tubuh berbuih dan berbusa-busa penuh gibah

Setiap orang dari rakyat hingga pejabat

Berjanji dalam kampanye, berputar-putar dan menjilat

Semua partai politik bergagah-gagah

Tak lupa sambil menyumpah serapah

Semua pemimpin terdahulu dianggap salah

Mereka dimasukkan dalam keranjang sejarah

Seakan-akan yang dahulu dan sekarang terpisah wadah

Orang-orang serakah memang salalu pandai berkilah

Padahal sama-sama drakula pengerkah tanah tumpah darah

Di Negeri Entah, semua orang kini berkiprah

Reformasi dan demokrasi dianggap hadiah

Jabatan publik dan otonomi daerah di semua wilayah

Dijarah semua aliran politik secara berjamaah

Alim-ulama dan pejabat telah bejat dan tersesat

Berkhianat dan merampok seluruh tanah ulayat

Merampok rakyat dan menyengsarakan umat

Kesenangat dunia sesaat ditukar akhirat

Nikmat jasmani dianggap rahmat

Sungguh tanda-tanda kiamat sudah dekat

Laknat semakin menjerat rakyat

Tidak dianggap, Tuhan Mahamelihat

Catatan para malaikat pun sangat cermat

Tak ‘kan terlewat setiap perbuatan bejat

Pasti dihisab sangat dahsyat di akhirat

Hanya perbuatan iman dan takwa membawa rahmat

Dunia dan akhirat pasti selamat

Di Negeri Entah, semua orang seakan tampak ibadah

Ketamakan dianggap berkah

Kerakusan dibungkus sedekah

Kebejatan menjadi lumrah

Merusak agama dan ibadah dianggap sunnah

Harta haram jadah korupsi untuk ke Makkah

Pemimpin sesat penghujat al-Quran malah disembah

Di Negeri Entah, semua orang kini terperangah

Menjadi lintah di semua daerah dan wilayah

Ikut memerintah, ikut menjarah, ikut mengisap darah

Tak ada bedanya politisi, ulama, dan pemerintah

Semua mengulang kesalahan sejarah semakin parah

Di Negeri Entah, semua kini sudah menjadi sampah

Tak ada pejabat pemerintah yang merasa bersalah

Tak ada lagi tokoh masyarakat yang merasa terikat sumpah

Setiap orang saling menjarah dan merampok tanah, sawah, upah

Termasuk harga minyak mentah

Mereka lupa bahwa semua amanah Allah

Tak ‘kan luput dibalas jahannam walau seberat zarah

Di Negeri Entah, semua orang kini mendustakan agama

Lalai dari segala ibadah dan perintah Allah

Mengucapkan sumpah yang tidak dikerjakan

Mengumbar janji untuk dinafikan

Mengingkari amal saleh dan pamer sedekah

Menghardik anak yatim, menelantarkan orang miskin

Menganjurkan keburukan, memusnahkan yang halal

Yang haram entah di mana

Negeri-negeri seperti ini sudah banyak dikisahkan dalam Kitab Allah

Mereka dibinasakan dengan segala azab yang menistakan

Mereka dimusnahka dengan air bah atau awan panas

Semoga negeri kita diselamatkan dari semua fitnah

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu

dari memohon kepada Engkau sesuatu yang aku

tidak mengetahui hakekatnya. Dan, sekiranya Engkau

tidak memberi ampun kepadaku

dan tidak menaruh belas kasihan kepadaku

niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi.”

Amin.

Rempoa, 22 Oktober 2008

Rabu, 22 Oktober 2008

Gender dalam Peradaban (Bagian I)

Gender dalam Peradaban (Bagian I)

Oleh Antho M. Massardi

Pengantar

Peradaban Modern telah membuka cakrawala pemikiran manusia ke hampir segala sektor kehidupan. Kini, nyaris tidak ada lagi yang tabu untuk dibicarakan secara terbuka. Asas demokrasi, keterbukaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, menjadi mutlak ada. Isu gender, kesetaraan perempuan di semua wilayah kekuasaan publik, misalnya, menjadi urgen untuk terus diaktualisasikan.

Catatan ini tidak lain adalah pembelaan atas apa yang memang pernah mereka lakukan di masa silam. Bukan sekadar adil karena mereka adalah “ibu di rumah tangga kita” selama sejarah peradaban di bumi. Sumbangsih mereka dalam peradaban, nyaris 100%, karena semua manusia lahir dari rahim mereka, minus Nabi Adam a.s. tentu saja. Tapi, peranan mereka disepelekan. Justru oleh keturunan dari darah-daging yang tumbuh melalui rahim dan susu ibu biologisnya. Tragedi kehidupan sejak Nabi Adam dan Ibu Hawa memiliki keturunan Habil dan Qabil (QS al-Mâ-idah [5]: 27) di bumi sampai sekarang.

Pertanyaannya. Benarkah peradaban di bumi dibangun berdasarkan kesetaraan gender? Apakah setiap wilayah profesi dapat dan layak dirambah perempuan? Bagaimana mereka meraihnya? Atas dasar perbudakan, pemberian, belas kasihan, warisan, kebutuhan, atau karena capaian prestasi mereka dalam perannya masing-masing?

Rangkuman ringkas “Gender dalam Peradaban” ini akan mengantarkan kita menemukan jawaban yang selama ini jarang dicermati banyak orang. Yakni, bagaimana Allâh Yang Mahaakuasa, sebagai Sang Perancang-Bangun Semesta dan segala isinya, menyiptakan serta sekaligus memelihara bumi dalam keseimbangan: saling memberi keuntungan dan kerjasama untuk melangsungkan kehidupan.

Bicara gender sesungguhnya kita membicarakan tentang seks. Bicara seks berarti bicara perbedaan dan atau persamaan jenis kelamin jantan-betina atau lelaki-perempuan. Bicara jenis kelamin identik bicara soal tujuan dan fungsi organ tubuh sebagai alat reproduksi. Walaupun pada awalnya, reproduksi populasi-kehidupan tanpa seks samasekali.

Tanpa Gender

Pada mulanya, segala seuatu adalah air. Ketika Allâh menyiptakan air asali penuh energi, saking takutnya kepada Kekuasaan-Nya, ia langsung meleleh, bersimpuh di bawah Arsy. Sebagai ketundukan dan kepatuhannya, air asali berenergi tinggi itu serta merta tunduk patuh tawaf mengelilingi Arsy-Nya dengan kecepatan tidak terhingga—berlawanan arah jarum jam. Pusaran air asali yang menggangsing itu terus memuai, membesar, memanas, hingga ….

Pada 30 menit pertama, air asali berubah menjadi hidrogen dan helium cair. Dalam waktu makrokosmos, kecepatan putaran tawaf menjadi tak terhingga, hidrogen dan helium cair asali itu membara merah mawar hingga menimbulkan cahaya luarbiasa. “Maka, apabila langit telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti kilapan minyak (hidrogen dan helium cair). Maka, nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?(QS ar-Rahmân [55]: 37-38). Dan, terjadilah… LEDAKAN BESAR. BIG BANG!

Empat miliar tahun kemudian, miliaran “serpihan ledakan besar atom antariksa” itu, salah satunya kemudian menjadi bintang baru bernama Matahari, yang planet ketiganya adalah bumi yang kita huni. Matahari adalah satu dari semiliaran bintang yang ada di bimasakti kita, yang planet-planetnya juga dapat menunjang kehidupan. Ada ratusan, bahkan ribuan bimasakti di antariksa sana, dengan bintang-bintang yang lebih besar dari matahari kita, lalu meledak menjadi supernova atau andromeda yang serpih ledakannya menjadi galaxi, dan seterusnya entah menjadi apa sampai hari ini.

Sebagai salah satu serpih antariksa hasil ledakan bom hidrogen raksasa, tentu saja bumi waktu itu seluruhnya adalah radioaktif. Membutuhkan jutaan tahun agar unsur radioaktif itu stabil dan memungkinkan munculnya suatu “kehidupan”.

Pada awal terciptanya kehidupan di bumi, zat-zat kimia yang sudah stabil itu kemudian memperbanyak diri. Mereka mereproduksi dirinya sama sekali tanpa gender, tanpa organ seks. Itulah yang kita sebut sebagai “siklus reaksi swa-katalisasi” yang menyiptakan piranti genetis awal. Dari miliaran pabrik reaksi kimia kecil piranti genetik itu, muncul produk samping berupa lemak, yang di dalamnya protein dapat berevolusi tanpa hanyut.

Hingga tiga miliaran tahun kemudian, satu di antara protein itu “dipertemukan” dengan klorofil. Alih-alih satu dari lima miliaran zigot dalam sperma laki-laki membuahi sel telur dalam rahim ibu. Saat terpapar cahaya matahari, zat hijau daun tersebut menghasilkan makanan paling sederhana: karbondioksida dan air. Alga biru-hijau itulah “tumbuhan-pertama” yang menjadi sumber energi bagi setiap sel untuk “menguasai” permukaan bumi. Siklus reaksi swa-katalisasi, simbiosis mutualistis itu, sama sekali tanpa gender, tanpa organ seks.

Alga menghasilkan oksigen. Oksigen mengubah amonia dan metana menjadi nitrogen dan karbondioksida, terbentuklah lapisan ozon. Itulah “bencana pertama bagi tumbuhan”. Oksigen melahirkan “binatang-pertama” sel baru penghirup oksigen sekaligus menjadi pemakan alga! Mereka mereproduksi dirinya sama sekali tanpa gender, tanpa organ seks. Akhirnya mereka hidup berkelompok: kelompok tumbuhan dan kelompok binatang. Tiap kelompok pun, demi perlindungan dan efisiensi, terus membuat koloni dalam spesialisasi tertentu untuk makan, melihat, koordinasi, atau reproduksi.

Menurut ahli kimia modern asal Jerman, Günter Wächtershäuser, 1988, kehidupan awal di bumi terbentuk di permukaan dan di bawah “roti lapis” kristal air garam mendidih—di mana zat-zat kimia tersebut saling terkait dan terus menggandakan diri. Menurut teori ini, bahkan hingga kini, setelah delapan miliar tahun, “prosesi pembentukan kehidupan awal” itu masih berlangsung di kawah-kawah lempeng gunung berapi dasar laut yang menjadi sabuk pengikat bumi. Dan, mereka mereproduksi dirinya sama sekali tanpa gender, tanpa organ seks! Artinya, kehidupan mereka berjalan secara aseksual. Bagi mereka, kehidupan yang sesungguhnya adalah membelah dan terus membelah diri sampai mati.

Lahirnya Gender

Karena selama miliaran tahun kehidupan di bumi tanpa seks alias aseksual, yaitu hanya dengan cara membelah diri, maka kehidupan mereka pun relatif sama, begitu juga cara kematiannya. Kecuali bakteri dan mutan yang jumlahnya relatif sangat sedikit. Mereka lahir dari butir-butir misterius mitokondria yang memiliki bahan genetis berbeda—yang terdapat dalam setiap sel. Bakteri dan mutan itu yang kemudian terus-menerus mengubah dan memperbarui kehidupan di planet kita. Mereka dapat melarikan diri dan membentuk kehidupan terpisah. Merekalah makhluk-makhluk “aneh dan nyeleneh” antikemapanan.

Walaupun sejak awal kehidupan mereka saling berebut sumberdaya dan saling menguasai dalam proses evolusi, sang pemenang tidak selalu memusnahkan sang pecundang. Salah satu strategi memertahankan kehidupan di bumi ini adalah bekerjasama. Sebagian yang kalah dibiarkan hidup agar mereka terus berproduksi, sehingga tetap menjadi budak atau sumber makanan abadi bagi sang pemenang. Itulah awal hukum kasualitas sebab-akibat: simbiosis-mutualistis. Saling memberi manfaat.

Maka, sejak itu muncullah seks! Bukan dalam arti gender atau perbedaan organ seksual. Seks di zaman purba itu bermula ketika satu rangkaian asam nukleat yang berbeda harus bergabung menjadi kromosom, yaitu penyimpan semua informasi pembentuk sel hidup. Penggabungan antara asam nukleat berbeda itulah yang disebut seks! Seks di sini dalam arti sebagai cara genetis untuk menyiptakan dan mewariskan ciri individual kepada setiap anggota populasinya.

Bahkan, awalnya, seks adalah sekadar kebalikan reproduksi. Reproduksi adalah proses membelah diri dari satu sel menjadi dua sel. Sedangkan seks kebalikannya, sebagai suatu penyimpangan atau kenakalan butir-butir misterius “makhluk nyeleneh antikemapanan” mitokondria. Kalau dalam proses reproduksi biasa (aseksual) setiap sel membelah diri menjadi dua seperti deret ukur (1-2-4-8 dst). Dalam kasus reproduksi seksual, beberapa sel “nakal” itu justru membelah diri menjadi empat bagian—masing-masing separuh-sel—yang disebut gamet, bukan satu-sel. Menyadari hanya memiliki setengah set dari gennya, gamet-gamet itu akhirnya merasa membutuhkan setengah set gen dari gamet lainnya. Maka, gamet-gamet itu bergabung lagi (rekombinasi) untuk bereproduksi sekaligus menyampur ciri gennya masing-masing. Hasilnya, keturunan mereka lebih baik karena menggabungkan ciri individual gen keduanya.

Jadi, sesungguhnya, reproduksi seksual itu bagus sebagai proses menunda reproduksi. Penundaan reproduksi diperlukan untuk meningkatkan perkembangan organisme ke tahap lebih tinggi—namun dapat dilakukan dengan santai dan asyik-syik. Peningkatan organisme individual yang lebih tinggi, memungkinkan makhluk seksual beradaptasi dengan lingkungan yang terus berubah. Kemampuan beradaptasi itu dibutuhkan untuk mempercepat evolusi sistem pewarisan gennya melalui penyebaran yang variatif. Variasi serta percepatan evolusi memudahkan proses regenerasi, di mana generasi tua digantikan generasi baru yang lebih tangguh dan lebih baik. Yang tua boleh mati bahkan harus mati, untuk memberi kesempatan generasi muda yang lebih baik, produktif, dan lebih reformis.

Sejak itulah, sekitar 600 juta tahun yang lalu, seks melahirkan gender dalam arti organ seks jantan-betina. Namun, proses reproduksi mereka belum melalui teknik pembuahan langsung. Teknis pembuahan telur yang mereka lakukan baru secara tidak langsung, yaitu di luar tubuh, ketika telur-telur lunak tanpa cangkang disemprotkan oleh si betina dalam air, barulah si jantan membuahinya. Betapapun purbanya proses pembuahan “makhluk air” itu, planet kita berubah dengan lebih cepat. Termasuk radikal dan revolusioner juga.

Sejak saat itu, bumi tidak hanya dihuni oleh makhluk aseksual yang “kerjanya” terus-menerus hanya membelah diri, nonstop tanpa jeda. Berkat seks dengan pembuahan sel telur seperti itulah, makhluk seksual kemudian mulai menguasai bumi yang diselimuti makhluk aseksual, dengan berjuta variasi dan kharakter uniknya masing-masing. Tentu saja, dengan lebih santai dan lebih enjoy melakukan reproduksinya.

Barulah pada 300 juta tahun lalu, teknik pembuahan dalam proses reproduksi diperbarui. Lagi-lagi, oleh makhluk-makhluk “nakal antikemapanan” yang suka “menyimpang” dari tradisi warisan nenek-moyang mereka. Menurut para ahli, hal itu “pertama” dilakukan oleh para reptil yang bosan melakukan proses reproduksi terpisah alias sendiri-sendiri secara “swalayan” di dalam air. Reptil nakal—pastinya mereka masih ingusan dalam urusan seks, sehingga tidak sabaran menahan keinginan dan perasaan “panas-dingin” menunggu masa pembuahan tiba—“iseng” memasukkan organ reproduksinya ke dalam organ lawan jenisnya. Maka, terjadilah pembuahan dalam tubuh sang betina, sehingga ketika telur-telur itu keluar dari rahim, telur-telur mereka sudah memiliki cangkang.

Bakteri modern pun, ternyata bereproduksi secara seksual. Buktinya, bakteri yang kebal terhadap suatu serum atau antibakteri tertentu, akan mengawini bakteri yang tidak kebal, sehingga keturunannya menjadi kebal. Itulah salah satu sebab sekarang muncul banyak jenis penyakit baru dan canggih, signifikan dengan ditemukannya banyak obat terhadap berbagai penyakit modern tadi.

Itulah metode pembuahan langsung yang hingga kini, setelah 300 juta tahun berlangsung, belum dievolusi atau direvolusi lagi, bahkan oleh manusia makhluk sempurna dan paling modern pun. Mungkin saja, selain karena belum ada “manusia nyeleneh antikemapanan”, juga lantaran kita masih dapat berdalih “hal itu masih amat relevan, tetap lebih santai, dan enjoy melakukannya”, dibandingkan proses reproduksi makhluk-makhluk aseksual yang terus membelah diri. Apa enaknya? Kecuali dalam kasus inseminasi buatan, bayi tabung, atau kloning.

Kesimpulannya. Seks itu bagus bagi perbedaan individu. Dan, perbedaan itu bagus untuk kelangsungan hidup. Itu sebabnya, makhluk seksual lebih bertahan daripada makhluk aseksual. Dan, yang paling sukses di anatara mereka adalah yang paling menyukai seks. Itu pulalah, mengapa seks terasa asyik sejak zaman purba, menjadi lebih asyik di zaman sekarang, dan pastinya akan semakin asyik-masyuk di zaman mendatang. Percayalah.

Lahirnya Manusia

Singkat sejarah, 15 juta tahun lampau, ketika Benua Afrika masih menyatu dengan benua lain, lahannya adalah belantara. Namun, seperti belahan bumi lain, belantara Afrika juga mulai berubah seiring banyaknya jenis mamalia hidup-berkembang-biak di sana, menjadi padang rumput terbuka dan hutan terpencar atau sabana.

Para pakar antro-arkeologi menemukan beberapa bukti fosil bahwa, di Afrika ada spesies mamalia yang dapat berdiri tegak dengan dua kaki. Mereka hidup di darat berkelompok, sesuai kecenderungan hidup masing-masing. Konon, hal itu sesuai dengan cara mereka menyelamatkan diri ketika diburu binatang buas. Ada yang hidup dekat air sungai atau danau, ada yang di padang rumput, ada juga yang di gunung-gunung dalam gua. Namun, satu hal yang menyamakan kelompok-kelompok itu, ialah kebiasaan membawa tongkat dan batu, sebagai senjata pertahanan dan perlawanan. Mereka itulah yang disebut Homo Habilis, yang secara teori disebut “leluhur langsung” kita.

Terlepas dari pro-kontra atas teori evolusi, penulis yakin, betapapun Allâh Mahakuasa, mustahil Dia menyiptakan manusia purba langsung seperti kita sekarang. Manusia purba diciptakan pasti sesuai dengan lingkungan alamnya pada tiga juta tahun lampau. Seperti juga ketika manusia modern diciptakan dalam perut ibunya. Sebelum sel telur pada rahim ibu dapat dibuahi oleh satu dari lima miliaran zigot dalam sperma ayah, bukankah segala sesuatunya telah dipersiapkan untuk terjadinya pembuahan tersebut? (Silakan baca buku Seri Motivasi lainnya dari penulis: BERANI HIDUP, Siapa Takut! dan OBAT HATI, Pelipur Lara, selain buku Ujian atau Azab, Ada Apa di Indonesia dan Selamat Malam Duhai Kekasih, Tahajjud 2/3 Malam).

Beruntunglah kita sekarang hidup di zaman terang-benderang, di mana ilmu pengetahuan dan teknologi demikian pesatnya dan canggih. Nyaris tidak ada lagi rahasia alam semesta yang tidak dapat dilacak, asal-usul zatnya maupun waktu terciptanya, di langit maupun di bumi, yang makrokosmis maupun yang mikroskopis. Walaupun, tentu saja, seluruh bukti dan fakta ilmiah tersebut hanya setetes saja dari lautan ilmu Allâh yang Mahamengetahui. Penemuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah Ledakan Besar atau Big Bang dalam pemikiran rasional yang menjadi lubang cahaya bagi manusia menuju Satu Dunia. Holistik.

Sejak ditemukannya teori Big Bang (Ledakan Besar) pada 1929 oleh astronom terkemuka Edwin Hubble, pandangan manusia akan semesta alam ini makin jelas sebagaimana yang difirmankan Allâh dalam al-Quran, 1.330 tahun sebelumnya. Apalagi, setelah ditemukan bukti-bukti yang mengukuhkan teori Big Bang itu oleh George Gamov (1948), serta oleh peraih Nobel, Arno Penzias dan Robert Wilson (1965), yang melihat adanya sisa Ledakan Besar berupa gelombang panas (surplus radiasi) yang menyebar ke seluruh alam semesta. Satelit NASA-COBE (Cosmic Background Explorer), menemukan kebenaran bukti itu berupa konsentrasi hidrogen-helium memenuhi angkasa raya. “Maka, apabila langit telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti minyak (karena kilapan hidrogen dan helium yang membara). Maka, nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan? Mahaagung nama Tuhanmu yang Memunyai Kebesaran dan Karunia,” (QS ar-Rahmân [55]: 37-39).

Demikian pula tentang awal kehidupan makhluk bumi, yang berkembang dari jasad renik bersel satu (amoeba), lalu berevolusi menjadi beraneka bentuk tetumbuhan dan binatang yang ada pada masa kini. Para ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu di seluruh dunia, telah menggali hampir di berbagai lapisan bumi untuk menemukan dan menyambung keping-keping sejarah kehidupan itu sehingga tersusunlah riwayat peradaban kita sampai hari ini. Bumi kita tercinta ini, ternyata, telah dan akan terus melahirkan tetumbuhan dan binatang yang jumlah keseluruhannya lebih dari dua juta varietas. Semuanya menjadi ada, hidup, dan berevolusi sejak adanya air, udara, dan sinar matahari. Manusia hanyalah satu mata rantai terakhir dari untaian panjang kehidupan itu, alih-alih Rasulullâh Muhammad saw. yang menjadi satu mata rantai atau batu bata terakhir dari 124 ribu untaian rantai ilahiah atau bangunan kenabian dan kerasulan di muka bumi.

Kembali ke teori lahirnya manusia purba, nenek-moyang kita di Afrika 15 juta tahun lalu. Homo Habilis atau apa pun namanya, ternyata memiliki kehidupan sosial berbagi tugas di dalam kesehariannya: kaum laki-laki berburu binatang dan kaum perempuannya menyari sayur-sayuran dan buah-buahan. Petang hari mereka bertemu kembali di gua dan berbagi makanan.

Peran Gender

Demikianlah, alam terkembang menjadi guru. Segenap potensi kecerdasan majemuk dan keterampilan mereka makin terlatih, sehingga ditemukanlah berbagai peralatan dan cara purba untuk melangsungkan kehidupan. Allâh Mahaesa mengajari mereka dengan perantaraan kalam, alam, dan pengetahuan, apa yang sebelumnya tidak diketahuinya. Termasuk siapa yang memimpin dan yang dipimpin.

Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, karena Allâh telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu, maka perempuan yang saleh, ialah yang taat kepada Allâh lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allâh telah memelihara (mereka),” (QS an-Nisâ’ [4]: 34).

Kehidupan sosial dan kerjasama memerlukan kecerdasan, pembelajaran, keterampilan, serta pembagian peran antara laki-laki dan perempuan. Karenanya, teknologi bukan lahir dari perbedaan gender, melainkan dari tuntutan perbedaan peran. Peralatan berburu dan menyari “nafkah di luar rumah”, misalnya, dimiliki laki-laki karena itu yang dibutuhkan. Demikian pula yang berhubungan dengan teknologi “mengolah nafkah di dapur” untuk perempuan: menemukan-memanfaatkan air dan api, itu karunia Allâh kepada perempuan. Alih-alih Ibu Hajar istri Nabi Ibrahim a.s. yang ditinggal di tengah padang pasir tandus dekat Kakbah bersama bayi tercintanya Ismail, diberi rahmat air zam-zam atas usaha dan kerja kerasnya berlari dari bukit Safa-Marwa tujuh kali.

Bumi dan seisinya diciptakan untuk memenuhi segala kebutuhan manusia hidup, bukan sebaliknya hidup kita untuk menjadi hamba untuk dunia. Intinya, setiap orang hanya akan memeroleh apa yang diniatkan dan diusahakannya!

Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allâh kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bagian dari pada apa yang mereka usahakan, bagi para wanita juga ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allâh sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allâh Maha Mengetahui segala sesuatu,” (QS an-Nisâ’ [4]: 32).

Tahap kecerdasan dan ketangguhan hidup Homo Habilis itu berlangsung sekitar satu atau dua juta tahun, hingga sampai ke tingkat Homo Erectus, manusia yang betul-betul berdiri tegak dengan kedua kaki dan tangannya yang terampil. Tingkat kerjasama kelompok dan pemanfaatan batu untuk tujuan bersama menjadi sangat efektif, walaupun belum efisien. Untuk membunuh kelompok babun, misalnya, mereka membutuhkan lebih dari satu ton batu!

Perempuan Penguasa?

Budaya kaum Homo Erectus berlangsung 500 ribu tahun, nyaris tanpa perubahan apa pun. Namun, ketika bagian utara planet kita diselimuti es setebal satu kilometer, barulah terjadi perubahan. Masing-masing koloni menyebar ke luar Afrika, menjelajahi bumi nyaris ke segala penjuru. Apilah yang menyelamatkan mereka dari ganasnya Zaman Es. Di sekitar api unggunlah, mereka menemukan kehangatan dan perlindungan dari cuaca dingin dan binantang buas. Di situ “tercipta” bahasa komunikasi dengan lambang, suara, isyarat, atau gerakan.

Akhirnya Homo Erectus sampai ke evolusi tahap yang hampir seperti kita sekarang, yaitu Homo Sapiens, manusia berpikir walaupun amat sederhana. Untung, Homo Sapiens tidak musnah ketika manusia dahi lebar Cro-Magnon melakukan “pembersihan etnis” hampir ke semua pelosok dunia, 40 ribu tahun lalu. Daratan Eropa pun mereka kuasai pada 37 ribu tahun yang lalu. Mereka menjelajahi Asia, menembus Sahara, hingga ke Afrika. Ada juga yang melalui lajur Asia Timur sampai ke Australia dan Polinesia. Hingga, setelah 27 ribu tahun berkelana mengelilingi Siberia, mereka akhirnya sampai ke Benua Amerika yang masih terhubung daratan. Barulah pada 11 ribu tahun lalu, manusia modern berhasil mengisi hampir seluruh permukaan bumi dari timur hingga ke barat dunia.

Peninggalan penting dari keberadaan bangsa Cro-Magnon adalah ditemukannya satu-satunya patung wajah potret seorang perempuan yang lumpuh sebelah. Ternyata, wajah itu potret dari kerangka perempuan lumpuh separo yang dikubur di sebuah kamp, situs di Republik Ceko yang diduga berumur 25 ribu tahun. Mungkin dialah perempuan penguasa pertama di dunia: terlepas apakah sebagai tukang sihir atau sebagai pemegang kekuasaan. Apalagi kemudian ditemukan situs, bahwa bentuk seni Cro-Magnon paling umum adalah Patung Venus. Hidup perempuan!

Sekitar 12 ribu tahun lalu, iklim bumi mulai menghangat dan sungai-sungai es menyair, mengakhiri zaman es, sekaligus menimbulkan kelaparan hampir di seluruh belahan bumi. Namun, dengan perubahan lingkungan itu, manusia modern di dunia semakin kreatif dan efisien menyiptakan berbagai metode baru untuk bertahan hidup.

Kesulitan hidup akibat perubahan lingkungan, memaksa manusia melakukan perubahan. Akhirnya, manusia dapat menjinakkan dan melihara beberapa jenis binatang mamalia: anjing, kuda, kambing, domba, sapi, kerbau, unta, rusa kutub, llama, babi, termasuk beberapa unggas yang menjadi sumber makanan hewani.

Perempuan Petani

Seiring berjalannya waktu dan hidup menetap, para perempuan yang berperan “mengolah makanan” pun, akhirnya berhasil menemukan teknik membuat tali-temali dan keranjang. Perempuan juga berhasil menemukan banyak jenis sayuran, rempah-rempah, tanaman yang bisa dimakan. Terutama gandum dan padi-padian. Sejak itu, perempuan menjadi pelopor dan penguasa pertanian. Terbukti, alah bisa karena biasa. Dengan kerjasama yang baik dan ketekunan dalam bidangnya, perempuan pun dapat menjadi yang diinginkannya!

Menyadari kemurahan yang diberikan oleh bumi dengan berbagai jenis hewan peliharaan dan tanah subur yang menghasilkan banyak jenis makanan bila ditanami, lahirlah gagasan “Dewi atau Ibu Bumi”. Sosok ilahi pertama dalam bentuk manusia yang dipuja. Berbagai bentuk pemujaan pada Dewi atau Ibu Bumi tersebar luas di dunia sejak dulu. Istilah yang masih dipakai dari gagasan “kemurahan dan pemeliharaan” yang dimiliki sosok ibu itu adalah: Ibu Pertiwi, Ibu Negara, Ibu Jari, Dewi Keadilan, Dewi Sri, dan sebagainya.

Dalam literatur Islam, hal itu identik dengan salah satu asma Allâh SWT yaitu ar-Rahîm, yang sifat-Nya “Mahapenyayang, Mahamemelihara, Mahamelindungi” dipinjamkan pada manusia dalam bentuk rahim ibu dan persaudaraan. Banyak ditemukan situs pemujaan pada Ibu Bumi, di antraranya dari Çatal Huyuk, Turki, berupa patung Ibu Duduk (kini tak punya kepala), berumur 8.500 tahun.

Sekali lagi terbukti, peranan seseorang dalam masyarakat tidak ditentukan oleh gender melainkan oleh tuntutan tugas, ketekunan, dan tanggung jawab profesi yang dipikulnya.

Intinya, siapa yang memiliki gagasan dan mampu merealisasikan, layak dihormati. Peran dan kepemimpinan seseorang bukan hadiah, belas kasihan, apalagi hak warisan. Ia harus diperjuangkan dengan pembuktian kapasitas dan kapabilitas setiap individu.

Wahai kaum perempuan! Berjuang dan jangan merendahkan diri dengan meminta-minta perananan dalam aspek kehidupan apa pun kepada siapa saja! Peradaban membuktikan ketangguhan dan kehebatanmu! Ranah domestik, publik, atau politik? Silakan raih, lalu tunjukkan buktinya, bukan dengan memamerkan apalagi menjual perbedaan gendermu secara vulgar dan murahan.

Demikianlah. Hukum sebab-akibat, saling membutuhkan, saling memberi manfaat. Hidup menetap melahirkan kebutuhan pangan: lahir pertanian-petani-buruh tani-pekerja; hidup bersama melahirkan budaya sandang: lahir pakaian-wol-kulit-penjahit-pedagang; koloni membutuhkan lahan untuk papan: diperlukan bahan bangunan-tukang; lahirlah pedesaan, populasi menuntut pemekaran wilayah; lahirlah perkotaan. Dan seterusnya hingga kini.

Desa tertua ditemukan di Jarmo dan Çatal Huyuk, Turki. Sedangkan “kota” tertua sebagai tempat pertukaran barang antarsuku ada di wilayah sekitar Turki-Irak-Arab-Mesir atau di sekitar Laut Tengah-Laut Merah-Sungai Eufrat yang menghubungkan Asia dan Mesir adalah kota oase, Yerikho. Di sana ditemukan situs tembok tinggi mengelilingi kota dan “hotel pertama” tempat para pelancong dan pedagang menginap, sekitar 8.000 tahun lalu.

Revolusi Gender

Waktu terus berlalu dan zaman pun berubah. Beberapa teknologi pembuatan perkakas ditemukan: pembuatan gerabah dan roda. Ditemukannya emas, terutama tembaga dan timah, secara revolusioner meningkatkan produktivitas. Populasi pun bertambah banyak. Sehingga, mereka hidup berkelompok dan membentuk klan—garis keturunan di wilayah berbeda. Karena masih satu nenek-moyang dan tetap membutuhkan kerjasama, mereka menjalin persaudaraan lewat perkawinan antar-klan. Tugas laki-laki berburu, memancing, dan berperang, sedangkan urusan klan ditangani oleh perempuan. Ditemukan situs, pada sekitar 2.400 Sebelum Masehi, perempuan kaya mendominasi kekuasaan termasuk punya lebih dari satu suami. Puncak Zaman Neolitikum. Awal “prostitusi dan poliandri”.

Namun, superioritas perempuan atas laki-laki tidak berlangsung lama. Terjadi Revolusi Gender dipimpin raja baru yang reformis, yaitu Urukagina. Situasi berubah 180 derajat: laki-laki kemudian menjadikan istri-istri mereka “tahanan rumah” atau bahkan “budak”. Kini, hampir semua kekuasaan dan segala urusan diambil alih laki-laki. Garis klan atau anak-anak ditentukan oleh laki-laki. Tidak boleh lagi perempuan memilih siapa bapak bagi anak-anak berikutnya di dalam klannya. Poliandri diganti poligami! Prostitusi nyaris tak ada, kecuali perselingkuhan oleh penguasa.

Desa tetangga memang selalu tampak lebih makmur dari desa sendiri. Demikianlah, dari sekian banyak klan yang ribuan tahun hidup di perbukitan, mulai turun gunung. Mereka datang dan berperang untuk menjarah lumbung makanan dan ternak tetangga yang juga “saudara” senenek-moyang. Yang menang menjajah yang kalah, merampas istri, anak-anak, dan harta mereka. Perbudakan penguasa atas yang dikuasai dimulai.

Klan yang dominan adalah yang kemudian menetap di Sumeria, dataran subur antara Sungai Tigris dan Sungai Eufrat, hingga mereka disebut Bangsa Sumeria. Beberapa kota Kish, Lagash, Eridu, dan Ur berhasil didirikan sebagai pusat perdagangan antarbangsa, dari India sampai Mesir, pada 3.300 Sebelum Masehi.

Sebagai pusat kebudayaan (perdagangan, seni, pengetahuan, dan sebagainya), Sumeria pada sekitar 2.370 Sebelum Masehi ditaklukkan Bangsa Semit. Bangsa yang hidup di lembah Tigris-Eufrat sampai pantai Kanaan itulah, yang menjadi nenek-moyang Bangsa Ibrani dan Bangsa Arab. Namun, setelah 54 tahun, Sumeria kembali dikuasai Bangsa Sumeria selama 100 tahun. Kemudian Sumeria kembali ditaklukkan Bangsa Semit Baru, pengembara padang pasir (Baduy) yang dikenal sebagai Suku Martu.

Sekitar 2.000 Sebelum Masehi, Suku Martu (sekaligus Sumerianya) yang tidak becus mengurus negara hingga rakyatnya kelaparan, akhirnya diperangi Bangsa Mesopotamia. Lahirlah penguasa baru, Hammurabi, jenderal besar yang negarawan dari suku Babilon. Dengan gagasan-gagasan hebatnya, Raja Hammurabi membangun ibukotanya menjadi kota terbesar di antara Mesir dan India, yang dikenal dengan nama Babilonia.

Konon, pada masyarakat Babilonia itulah dimulai pemakaian cadar bagi perempuan kaya dan bangsawan yang sudah menikah, budak dan selir tidak diwajibkan. Alasannya: cadar sebagai tanda “perempuan dewasa dan bebas” sekaligus tanda perlindungan suami atas para istrinya terhadap gangguan laki-laki lain. Perempuan modern menyebut sebaliknya.

Betapapun Suku Martu sudah ditaklukkan, beberapa klan di antaranya masih berjaya. Di antaranya adalah keluarga Nabi Ibrahim, yang kemudian meninggalkan Sumeria. Dari keturunan Nabi Ibrahimlah kemudian lahir para nabi dan para rasul. Melalui rahim Ibu Hajar lahir Nabi Ismail dan keturunannya hingga Nabi Muhammad saw. di Makkah. Sedangkan melalui rahim Ibu Sarah lahir Nabi Ishak hingga Bani Israel.

Perempuan Mesir

Seperti juga di belahan bumi yang lain. Selain Sumeria, di lembah Sungai Nil, suatu jalur tanah subur sepanjang 1.200 kilometer yang melintasi Gurun Afrika utara, hidup Bangsa Mesir yang peradabannya lebih maju dan lebih duniawiah.

Singkat sejarah, setelah ganti beberapa raja yang hanya punya keturunan anak perempuan dari permaisuri, Mesir pun dipimpin oleh Ratu Hatshepsut yang berpakaian Raja selama 20 tahun. Baru, setelah ia wafat, kerajaan kembali direbut keponakan laki-laki, Thutmosis III yang menghabiskan hidupnya 30 tahun dalam perang dan perluasan kekuasaan. Ialah yang oleh para sejarawan disebut Thutmosis yang Agung. Padahal, ialah raja paling keji dari dinasti yang sangat keji dalam ukuran sekarang.

Kemaharajaan Mesir Kuno terus berjaya hingga Ramses berhasil menaklukkan Bangsa Hittite yang tangguh. Namun, Mesir sirna ketika Kerajaan Assyiria yang hebat menguasai wilayah itu. Di sebelah Barat, Bangsa Yunani berhasil menguasai pantai, termasuk kota Troya yang direbutnya dalam 10 tahun Perang Troya yang menghancurkan sebagian besar Yunani dan sekitarnya.

Perempuan Israel

Betapapun peradaban di jazirah itu telah mengalami kemajuan, satu wilayah bernama Kanaan (Tanah Ungu) tetap menjadi pusat perhatian. Bukan hanya karena telah ditunjuk sebagai tanah yang dijanjikan Allāh bagi Suku Yerikho, nenek-moyang Yahudi. Negeri yang terhampar antara Mesir dan Sungai Eufrat itu, memang punya sejarah yang penuh kekerasan, karena kemakmuran sumber daya alamnya yang melimpah.

Pada Zaman Batu, orang-orang Yerikho-lah yang pertama membangun kotanya dengan tembok, untuk melindungi diri dari serangan batu tetangganya yang tergiur kekayaannya. Negeri itu akhirnya memang dikuasai beberapa bangsa besar. Bangsa Sumeria menjajah untuk kayu Aras Lebanon; Bangsa Mesir untuk tembaga dan batu turkis di Sinai; Bangsa Hyksos dari pegunungan Kaukasus, dengan kereta kuda pertama pada 2.000 Sebelum Masehi lewat dalam pengembaraannya ke negeri yang beradab; Bangsa Hittite untuk rute perdagangannya. Kemudian berturut-turut oleh Mesir lagi, Israel, Filistin, Assyiria, Babilonia, Skythia, Persia, Makedonia, Romawi, Arab, Turki, dan sebagainya.

Singkat sejarah, dari kota Ur di Sumeria keluarga Nabi Ibrahim dan Ibu Sarah bersama keponakannya pergi ke Kanaan yang diberkahi. Setelah Nabi Ibrahim menikah dengan Ibu Hajar dan dikaruniai putra Nabi Ismail, atas perintah Allāh mereka ditinggalkan di padang pasir dekat Kakbah di Makkah. Dari garis keturunan inilah Nabi Muhammad saw. lahir sebagai penutup kenabian keluarga Nabi Ibrahim. Sedangkan Ibu Sarah di Kanaan melahirkan Nabi Ishak, keturunannya Nabi Yakub yang diberi gelar Israel (Kuasa Tuhan) dan memiliki 12 anak, satu di antaranya adalah Nabi Yusuf. Dan seterusnya dari keluarga itulah lahir para nabi dan rasul, di antaranya Nabi Musa, Nabi Harun, sampai Nabi Isa.

Dalam suatu masa ketika terjadi krisis kepercayaan melanda Bangsa Israel setelah Nabi Musa dan Nabi Harun wafat, muncul kepemimpinan seorang perempuan yang mengaku nabi, namanya Deborah, padahal ia seorang penyanyi. Keadaan chaos, liar, dan primitif itu berlangsung entah berapa ratus tahun. Yang pasti, hingga tahun 740 Sebelum Masehi, Bangsa Israel tiada henti berperang dan membunuh para nabi yang dipilih dari golongan mereka sendiri. Hingga datang Bangsa Filistin menguasai wilayah Kanaan sampai Mesir.

Mereka diliputi kehinaan di mana saja berada, kecuali jika mereka berpegang kepada agama Allāh dan perjanjian dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allāh dan mereka diliputi kerendahan. Semua itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allāh dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Itu semua disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas,” (QS Ali ‘Imran [3]: 112).

Setelah 20 tahun dikuasai Filistin, akhirnya Bangsa Israel bangkit kembali setelah Daud mengalahkan Goliat dari Filistin. Dari Yerusalem Daud hijrah ke Hebron—tempat Suku Yehuda, kemudian menjadi nabi dan raja di Yehuda. Akhirnya Raja Daud mengalahkan Saul, raja Israel, mertuanya yang kejam. Sejarah kembali terulang, perebutan kekuasaan terjadi di antara anak-anaknya. Salah seorang istri Raja Daud, Betsyeba, “mengudeta” suaminya ketika Raja Daud dalam sakaratul maut agar menobatkan putranya, Sulaeman.

Perempuan Saba

Di dalam al-Quran Allâh mengisahkan Nabi Sulaeman yang dianugerahi-Nya kekayaan yang belum dan tidak akan pernah diberikan lagi kepada manusia. Selain menjadi Raja Israel paling kuat dan berjaya, Nabi Sualeman juga diberi mukjizat dapat bicara dengan burung, mengerti bahasa semut, menguasai bangsa jin dan angin. Salah satu peristiwa besar yang dikisahkan dalam al-Quran (Surat an-Naml ayat 20-45) adalah penaklukkan Ratu Bilqis dari Negeri Saba, yang ibukotanya Ma’rib dekat kota San’a, ibukota Yaman sekarang.

Betapapun Bangsa Israel mendapat keistimewaan dari Allâh, ternyata tidak membuat mereka menjadi bangsa yang layak diteladani. Sejarah mereka justru penuh kekejaman dan darah. Semua karena kesombongan dan kedurhakaan mereka kepada Allâh, hingga kini. Sepeninggal Nabi dan Raja Sulaeman (Solomo), Israel kembali dilanda banjir darah dalam perebutan kekuasaan dan perang saudara.

Allâh berfirman mengisahkan kekejian mereka: “Oleh karena itu, Kami tetapkan suatu hukum bagi Bani Israel, bahwa: ‘barangsiapa yang membunuh seorang manusia bukan karena orang itu membunuh orang lain atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan, barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya’. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan membawa keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi,” (QS al-Mâ’idah [5]: 32).

Perempuan Tirus

Dalam kondisi demikian, muncul kekuatan baru dari seberang Sungai Eufrat, di atas bukit bagian utara Babilonia, Bangsa Ashur yang mewarisi peradaban Sumeria dan Babilonia. Dengan ilmu pemerintahan dan teknologi perang yang canggih, Bangsa Ashur berhasil menghancurkan bangsa apa saja di sekitarnya secara sistematis serta sukses membangun kemaharajaan Assyiria.

Kebangkitan Assyiria di bagian Timur itu, menyadarkan raja-raja Yehuda, Israel, Tirus, Damaskus, Moab, dan lain-lain yang bertikai, untuk berkoalisi menghadang laju Assyiria yang dahsyat. Walau untuk sementara. Demikianlah, Raja Israel pun tergelincir kembali ke dalam kesesatan, setelah ia menikahi Izebel, putri Raja Tirus penyembah Dewa Baal.

Demikianlah, semua kekuatan putih Bangsa Israel akhirnya ditumpahkan kembali untuk menghancurkan berhala-berhala itu secara radikal. Mereka dipimpin para rohaniwan atau nabi, hingga para pimpinan penyembah berhala termasul Izebel, dibantai habis hingga ke akarnya. Israel kembali memasuki masa kejayaan pada 750 Sebelum Masehi.

Sampai tiba pada 722 Sebelum Masehi, Bangsa Assyiria menghancurkan lagi Samaria, Ibukota Israel, dan mengusir 27 ribuan penduduknya. Kerajaan Israel pun tamat sampai di situ. Merekalah yang dikenal sebagai 10 Suku Israel yang hilang.

Hingga muncul Suku Samaria, sekte Yahudi pertama, yang kembali menyembah berhala. Nabi Yesaya dari Yehuda memerangi mereka. Itu mengundang Assyiria menghancurkan Yehuda pada 721 Sebelum Masehi dan menawan 200 ribu penduduknya. Dan, pada 597 Sebelum Masehi, Raja Babilonia, Nebukadnezar merebut Yerusalem dan menggaruk 20 ribu warganya ke Babilonia. Sampai 70 tahun kemudian, muncul tulisan Persia di dinding Tembok Ratapan.

Perempuan Aegea

Hampir bersamaan dengan lahirnya Kerajaan Sumeria, 2.000 Sebelum Masehi, jauh di utara, di perairan Kepulauan Aegea, hidup Bangsa Pelasgia. Di pulau terbesarnya, Pulau Kreta, ditemukan banyak peninggalan peradaban Aegea yang maju. Di antaranya patung Dewi Agung, tembikar berlukisan lumba-lumba dan gurita, lukisan penari dan tariannya, istana luas dengan deretan pilar dan sistem drainase modern, dan kota yang damai tanpa benteng pelindung. Semua diatur oleh seorang ratu merangkap pendeta, di mana setiap tahun ratu memilih suami yang paling fresh & cool serta membunuh raja tua dalam suatu ritual seks bebas. Bukti keberadaan Matriarki Purba.

Pada 1.400 Sebelum Masehi, Kreta, negeri yang damai itu ditaklukkan Bangsa Yunani dengan pasukan berkudanya yang tangguh dan garang. Mereka kemudian membangun tembok kota yang tebal dengan pintu gerbang Mykenae. Bangsa Yunani belajar menanam zaitun untuk diambil minyaknya dan anggur dari penduduk asli.

Perempuan Sparta

Dan pada 1.200 Sebelum Masehi, seluruh peradaban itu ludas dibakar minyak zaitun oleh Suku Doria, Bangsa Yunani juga. Dan, pengembara tangguh yang selalu bermusyawarah itu, memorakmorandakan sebagian besar penduduk Yunani ke segala arah bahkan sampai ke Inggris, menyeberang ke Mesir, dan menjadi musuh Israel sebagai bajak laut Filistin. Kecuali orang Athena—yang mengaku Yunani tulen dan orang Arkadia yang punya ritual agama aneh. Yunani pun tenggelam dalam kegelapan: nyaris semua peradabannya terkubur hingga 800 Sebelum Masehi, kecuali teknologi logam.

Tambang tembaga, timah, dan besi terbaik yang banyak di wilayah Sparta, membawa bangsawan Doria yang menguasai kota itu ke zaman besi. Sparta tumbuh menjadi motor penggerak Yunani ke luar dari kegelapan sekitar 750 Sebelum Masehi. Kerajaan Sparta berkembang menjadi kekuatan besar dengan baju jirah dan persenjataan besi dan logam yang menakutkan dan tangguh.

Sementara para prajurit sibuk menaklukkan Bangsa Messenia dalam perang 20 tahun, kaum perempuan juga sukses menaklukkan budak-budak mereka di rumah. Hingga, ketika para suami yang prajurit hebat itu pulang, mereka disambut dan dielu-elukan tak hanya oleh para istri, juga oleh para remaja 19 tahunan yang menyebut mereka “Papi…!” Tentu saja, generasi anak haram yang disebut “parthenai” atau “bastar” itu diusir dari Sparta untuk selamanya. Oh, perempuan…. Teganya-teganya-teganya...!

Perempuan Yunani

Peradaban Yunani dimulai di Elis. Setelah Pelops mengalahkan Raja Elis dalam balapan kereta kuda, Pelops membunuhnya dan menggantikan takhtanya. Salah satu putra Pelops, Atreus menjadi raja di Mykenae. Namun, saudaranya Thyestes, berselingkuh dengan istri Atreus. Marah, Atreus membunuh anak-anak Thyestes dan menghidangkannya di jamuan makan malam. Thyestes minggat seraya mengutuk Atreus dan keturunannya.

Raja Atreus punya anak laki-laki Agamemnon dan Menelaos. Mereka menikah dengan kakak-adik putri Ratu Leda dari Kerajaan Sparta. Agamemnon menikahi Klytemnestra dan membawanya pulang hingga menjadi pewaris Raja Atreus di Kerajaan Mykenae. Sedangkan Menelaos menikah dengan Helen, pewaris Ratu Leda hingga Menelaos jadi Raja Sparta. Kecantikan Ratu Helen terkenal hingga ke berbagai negeri tetangga.

Di Thebes, Ratu Iokaste memerintah bersama Raja Laios. Laios pernah menyulik salah seorang anak Raja Pelops dan dikutuk Raja Pelops agar terbunuh oleh anaknya sendiri. Untuk menghindarkan kutukan, ketika Ratu Iokaste melahirkan anak, bayi laki-laki itu mereka paku kakinya dan membuangnya di sebuah lereng. Namun, anak itu ditemukan penggembala, hingga diadopsi Ratu dan Raja Korinthos, yang menamainya Oedipus (si Kaki Bengkak). Demikianlah, ketika dewasa dan merantau ke Thebes, Oedipus tabrakan dengan Raja Laios di persimpangan jalan. Orang asing adalah musuh. Pertarungan pun tak terhindarkan. Laios mati. Sampai di Thebes, Oedipus ikut sayembara dengan hadiah “takhta raja yang kosong dan jandanya, Ratu Iokaste”. Oedipus berhasil memenanginya dan meraih hadiah utama—takhta ayahnya dan ibu kandungnya sendiri!

Beberapa tahun berlalu…. Dari Ratu Iokaste, Oedipus mendapatkan anak, putri Antigone. Namun, Thebes dilanda berbagai wabah…. Para sesepuh menemukan sebabnya: ada anak yang membunuh bapaknya dan mengawini ibunya, bahkan hingga punya anak, tapi masih berkeliaran di bumi Thebes. Selidik-selidik, seorang penggembala memberikan testimoni dan menunjukkan tanda bukti: kaki bengkak. Oedipus complex!

Nelangsa lahir-batin atas aib itu Ratu Iokaste gantung diri di istana. Oedipus menusukkan peniti ibunya pada kedua matanya. Dengan bersimbah airmata darah Raja Oedipus minta diantar Antigone ke luar Thebes.

Perebutan kekuasaan pun terjadi di Thebes di antara anak-anak Ratu Iokaste. Hingga kota Thebes dikuasai para pahlawan Suku Boiota dan menjadi kota Boiota.

Perempuan Sparta Lagi

Sementara di Sparta, terjadi kehebohan karena terjadi skandal besar. Pangeran Paris dari Troya, jatuh cinta kepada Ratu Helen dan melarikannya ke Kerajaan Troya yang tangguh. Aib itu, bagi Menelaos bukan hanya berarti kehilangan istri, ratu, dan kehormatan dunia, lebih jauh takhtanya yang warisan sang ratu pun akan raib bila tidak direbut kembali. Ia pun mengiba-iba kepada kakaknya Agamemnon, Raja Mykenae, yang segera mengirim pasukan ke Troya.

Segenap tentara dari seluruh Yunani berkumpul di Aulis, siap berlayar ke Sparta. Namun, angin tak berembus. Setelah Agamemnon mengorbankan putrinya, Ifigenia, atas nasihat para pendeta, angin pun berembus mendorong ribuan layar armada kapal penuh pasukan. Rakyat di sepanjang pantai Troya berlindung ke balik tembok Troya yang sangat tinggi dan kokoh. Pasukan Yunani berkemah di pantai. Pamer kekuatan. Agamemnon meminta Helen dikembalikan. Namun, Troya bergeming. Pasukan Yunani mengepung, membuat kemah sepanjang pantai Troya, entah sampai kapan.

Singkat sejarah. Pada tahun ke-10 pengepungan yang turut memiskinkan beberapa kota di sekitarnya, pasukan elite Yunani akhirnya dapat masuk. Padahal, sebelumnya Akhilles menarik pasukan elitenya, karena budak perempuannya direbut Agamemnon. Barulah, ketika sahabatnya Patroklos, yang memakai baju jirahnya terbunuh oleh pewaris Troya, Hektor, Akhilles mau menunutut balas. Hektor tewas sebagai kesatria dalam duel klasik. Namun, Troya tetap memertahankan Helen.

Konon, pasukan elite Yunani pimpinan Akhilles dapat memasuki benteng Troya melalui tipuan kuda kayu raksasa yang ditinggalkan di pantai. Kuda kayu itu dibawa ke benteng oleh tentara Troya yang menganggap armada laut Yunani sudah pulang—karena tak ada lagi kapal perang di pantai. Ingat film Troy yang dibintangi Brad Pitt, sebagai Akhilles? Begitulah. Seluruh Troya pun dibumihanguskan. Nyaris tidak ada nyawa dan bangunan yang selamat dari amuk tentara Yunani.

Bukan hanya rakyat Troya yang menjadi korban perang melelahkan berkepanjangan itu. Lantaran kecewa berat putrinya, Ifigenia, dikorbankan Raja Agamemnon, ayah kandung yang adalah suaminya, untuk membela adiknya; selama perang Troya, Ratu Klytemnestra berselingkuh dengan Aegisthos. Dan, ketika Raja Agamemnon pulang membawa putri yang peramal Troya, Kassandra, Klytemnestra marah dan membunuh keduanya begitu menginjak istana. Pengkhianatan Klytemnestra dan kekasihnya itu diakhiri oleh pedang anaknya sendiri, Orestes. Kemudian Orestes kabur. Yang beruntung Menelaos, selain ia mendapatkan kembali istrinya, Ratu Helen, ia tetap jadi Raja Sparta sampai digantikan keponakan kesayangannya, Orestes. Inilah generasi terakhir Kerajaan Yunani dan Sparta, hingga lenyap ditelan sejarah.

Betapapun, Yunani dan Sparta telah mewariskan peradaban penuh warna bagi kehidupan kita. Tentu saja bukan hanya yang baiknya, juga dengan segala kebobrokannya! Beberapa peninggalan mereka yang masih dipakai adalah Olimpiade Olahraga Musim Panas yang Agustus 2008 nanti digelar di Beijing, dimulai di Elis sejak 776 Sebelum Masehi. Sistem rekrutmen prajurit semua angkatan bersenjata di dunia, basis latihannya masih memakai cara-cara tentara Sparta. Perluasan wilayah dengan membentuk koloni-koloni, daerah jajahan. Termasuk abjad, arsitektur, drama, matematika—walaupun ada yang juga hasil adaptasi dari kebudayaan Mesir Firaun.

Yunani juga menyumbangkan para filosof, para pemikir yang bebas merenungkan jagad raya. Thales (640-546 SM), keturunan Fenisia, ia menyimpulkan bahwa semesta terbuat dari air. Benarkah? Allâh SWT berfirman: “Dan, apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan, dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?(QS al-Anbiyâ’ [21]: 30).

Pythagoras orang Samos, dibantu muridnya Salmoxis asal Thrakia, menyebarkan paham, bahwa ruh-jiwa kita abadi dan tidak pernah mati. Mungkin ia termasuk filosof golongan awal yang mengenal agama. Allâh berfirman: “Pada hari, ketika ruh dan para malaikat berdiri bershaf-shaf, mereka tidak berkata-kata, kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Mahapemurah; dan dia mengucapkan kata-kata yang benar,” (QS an-Naba’ [78]: 38).

Dalam ayat lain Allâh menjelaskan lebih rinci, bahwa ruh atau jiwa memang tidak mati: “Allâh memegang jiwa orang ketika matinya dan memegang jiwa orang yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahan jiwa orang yang telah ditetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allâh bagi kaum yang berpikir,” (QS az-Zumar [39]: 42).

Perempuan Athena

Meskipun hampir semua wilayah dan orang Yunani berantakan akibat perang Troya yang melelahkan, kota Athena dan penduduknya relatif lebih baik. Dikelilingi pedesaan Attika yang tanahnya hanya bagus untuk membuat gerabah, penduduknya terhindar dari saling bantai dan eksodus, walaupun ada juga yang kabur menyebarangi Laut Aegea. Mereka mendirikan 12 kota ionia yang agak modern. Kemudian para perempuan Athena meniru pakaian orang ionia, mengganti baju tradisional peplos tak berjahit dengan yang berjahit dan tanpa peniti.

Konon, larangan mengenakan peplos itu karena sebab ini. Ketika perang Troya, sebagai bagian dari Yunani, legiun Athena pernah juga ikut berperang. Hanya satu orang tentara yang berhasil pulang. Nah, begitu sang pecundang itu memasuki Athena sendirian nyaris tanpa luka, para janda legiun perang yang melihatnya langsung menyambutnya dengan tusukan peniti tradisional Yunani, besarnya nyaris sebesar jarum karung goni. Hujan air mata para janda yang histeris itu membasahi tubuh sang pecundang yang berdarah hingga ia mati. Sejak itu, perempuan Athena dilarang mengenakan peplos, apalagi memang baju itu mudah polos dari tubuh. Mereka harus mengenakan gaun panjang ionia yang berjahit dan tanpa peniti.

Beberapa abad kemudian, rakyat pedalaman dan rakyat pesisir, orang kaya dan rakyat miskin terus berebut kekuasaan. Sampai, jenderal Pisistratos yang memiliki tentara bayaran, diangkat rakyat jelata untuk menjadi Tiran. Selama 16 tahun Pisistratos sang Tiran berhasil mendamaikan semua golongan yang berseteru dengan win-win solution, musyawarah-mufakat. Demokrasi. Masa damai Athena pada 470 Sebelum Masehi.

Namun, ketika Pisistratos meninggal dan digantikan anaknya Hippias, para bangsawan merasa demokrasi merugikan mereka. Diundanglah pasukan Sparta untuk menggulingkan sang ditator Hippias, yang menjadi bapak tirani sejati hingga kini. Partai bangsawan dan Sparta menang. Tetapi, beberapa tahun kemudian partai rakyat yang demokrat berhasil merebut kembali dalam Revolusi Athena. Tentara Sparta dipulangkan. Dan, bangsawan yang antidemokrasi dibantai secara radikal, hingga ke akar-akarnya. Bahkan, Athena pun akhirnya menaklukan Thebes, Aegina, Euboia, Ionia, dan Sparta.

Kemakmuran di masa itu dapat disimak dari kisah kehidupan keturunan bangsawan ini. Konon, Kimon, pria lajang pemabuk yang suka pesta dan berburu, hidup dalam jeratan utang turunan. Harta satu-satunya yang masih produktif adalah saudarinya Elpinike yang cantik dan belum menikah. Pada waktu itu, setiap mempelai perempuan harus memiliki mahar: uang, kain, dan alat tenun yang akan dibawanya ke rumah suami sebagai sumber penghasilan atau rumah produksi (oikos). Elpinike tak memiliki semua itu kecuali utang warisan orangtuanya. Maka, Kimon melelang adik perempuannya. Orang terkaya Athena bersedia melunasi semua utang turunan itu. Dan, Elpinike menjadi perempuan pertama yang maharnya diberi mempelai laki-laki. Hidup ibu mahar mempelai perempuan!

Singkat sejarah, pada 463 Sebelum Masehi, Athena dikuasai kelompok politik Demokrat Radikal. Kaum aristokrat dan tokoh konservatif dibuang selama 10 tahun (ostrakisme) ke luar Athena, termasuk Kimon dan partainya. Elpinike berupaya menyelamatkan Kimon, ia melakukan pendekatan pribadi kepada tokoh radikal, Perikles, dengan menawarkan apa pun yang dimilikinya! Senjata purba perempuan yang masih dipakai hingga kini. Apalagi hukum Athena menetapkan perempuan tidak memiliki hak waris.

Perikles berhasil membawa Athena berjaya selama 30 tahun, disebut Zaman Periklean.

Demokrasi lahir pada zaman ini. Ada Majelis Warga Laki-laki (tak ada perempuan, tentu) yang memutuskan segala urusan. Ruang sidangnya menampung 18 ribu orang, yang jago bicara. Dewan beranggotakan 500 orang yang dipilih tiap ahun. Sepuluh jenderal dipilih untuk mengurus militer. Majelis orang kaya (aeropagus) masih bersidang tapi berkurang kekuasaannya. Itulah demokrasi total. Tanpa presiden atau perdana menteri dan tanpa hak perempuan atau budak. Jadi, arti demokrasi yang betul bukan “kekuasaan rakyat”, karena demos dalam bahasa Athena artinya “warga negara”. Di Athena tidak semua orang adalah warga negara; karena perempuan, kaum minoritas, warga asing (metik) setara budak.

Salah seorang metik yang datang dari Miletos, kota di Asia yang kaya adalah Aspasia, perempuan dengan kecantikan Asia yang khas, cerdas, serta ambisius. Aspasia berhasil menaklukkan Perikles bukan hanya raganya, juga jiwa dan cintanya. Aspasia tak hanya melahirkan Perikles junior, terutama justru dalam hal kebijakan politik Athena, termasuk “penyetaraan hak perempuan dan kaum metik”. Hidup Aspasia, ibu kesetaraan gender!

Meskipun Aspasia berhasil mengubah kebijakan publik, derajat perempuan masih rendah. Mereka dianggap beban bagi keluarga karena harus membayar mahar. Itulah sebabnya, mengapa banyak bayi perempuan dibuang atau dibunuh. Hanya orang kaya yang mampu memberi anak-anak perempuannya keterampilan ekonomi: menyisir, merajut, menenun, mewarnai, memasak, menjahit, dan sebagainya urusan rumah tangga suami. Setelah balig (menstruasi) berumur 15 tahun, ia dikawinkan dengan laki-laki 30an tahun. Selanjutnya: melahirkan, melahirkan, dan melahirkan.

Kalau ia selamat dalam proses melahirkan, suaminya tidak menyeraikannya, kaya, murah harta, dan menyintai, ia akan memiliki paviliun yang punya halaman di belakang rumah suaminya, sampai tua. Begitu.

Sedangkan bagi kaum laki-laki yang menjadi tuan di negerinya bebas berbuat apa saja. Di zaman Perikles, ada kaum elite berjumlah 40 ribu yang terdidik dan terpelajar menjadi penulis, seniman, pemikir, arsitek. Salah satu monumen arsitektur gaya klasik mereka adalah Parthenon (parthenos = perawan), kuil Athena berukuran raksasa, bahkan untuk ukuran sekarang pun. Beberapa gedung gaya klasik seperti itu masih banyak di Eropa dan Amerika Serikat yang kini berfungsi sebagai gedung bank sentral, kejaksaan, parlemen, museum, atau gedung perpustakaan.

Athena juga melahirkan filosof besar Sokrates. Sayang, ia dihukum minum racun ketika Athena dikalahkan Sparta, justru karena muridnya, Alkibiades dan Kritias berkhianat dan gagal menjalankan teori Negara Idealnya. Murid Sokrates lainnya yang menonjol adalah Antisthenes, ia mengajarkan moralitas melalui kemiskinan, tentu saja sambil mengecam gaya hidup orang-orang kaya. Mereka disebut kaum “sinis” atau “cynic”, yang menjadi akar kata Inggris “canine” yang berarti anjing.

Untung Sokrates masih memiliki murid cerdas, Plato, yang juga memiliki murid hebat, Aristoteles. Alexander Agung adalah murid Aristoteles. Dalam waktu waktu lima-enam tahun berhasil menaklukkan kemaharajaan Persia (335 SM), Asia (334 SM), Syria (333 SM), Fenisia dan Mesir (332 SM), tiba di timur Sungai Tigris (331 SM), dan Shah Iran dijatuhkan.

Perempuan Lydia

Setiap maskhluk hidup akan merasakan kematian. Setiap awal akan berakhir. Demikianlah kehidupan makhluk yang diciptakan, kecuali Yang Mahapenyipta tetap kekal di Kerajaan Surga. Kejayaan Bangsa Yunani pun telah berakhir, sebagaimana bangsa-bangsa sebelum mereka.

Berikutnya giliran Bangsa Persia, bangsa nomad Indo-Eropa dari seberang Laut Kaspia yang dikenal sebagai Bangsa Arya itu, di bawah Raja Kyrus (Shah Iran I), kekuasaannya meliputi Mesir, Kanaan, Syria, Assyiria, Armenis, Babilonia, Iran, India, dan Asia Kecil.

Latar belakang. Pada 700 Sebelum Masehi, raja-raja Lydia sudah menggunakan koin emas dan perak yang diberi cap kerajaan sebagai alat pembayaran yang sah. Itulah koin pertama di dunia.

Sekitar 550 Sebelum Masehi, Raja Lydia, Kroesos, penguasa dari Asia Kecil Barat termasuk Ionia dan Yunani, itu datang ke kuil mayshur di Delfi yang dipimpin pendeta perempuan, Orakel Pythia sebagai Dewi Bumi keturunan ular Python. Utusan Raja Kroesos mengirim puluhan ribu kilo emas, suasa, perak, dalam bentuk satu patung singa emas, satu mangkuk emas dan mangkuk perak raksasa masing-masing berkapasitas 19 ribu liter, empat peti perak, peralatan emas dan perak, serta patung emas setinggi 1,2 meter. Tujuannya: minta jawaban Pythia atas nasib iparnya, Raja Media, yang dihancurkan Bangsa Persia yang tidak pernah dikenal sebelumnya. Jawabannya: balas dendam!

Demikianlah, Bangsa Arya yang pengembara itu setelah tumbuh dewasa hidup berpencar dalam klan-klan ke beberapa wilayah tetangga untuk hidup lebih beradab. Di antaranya ada yang berhasil menaklukkan Media dan Persia, dua wilayah Assyiria. Kelompok lain menaklukkan Balkh.

Setelah 200 tahun, Arya-Persia mulai beradab hingga melahirkan adat-istiadat sendiri: permadani dan agama Majusi (penyembah api) yang diimpor dari kerabatdi Arya-Balkh, pimpinan Zarathustra. Agama mereka hanya mengajarkan kebaikan Dewa Ahuramazda dalam ujud api dan kegelapan. Pemuka agamanya disebut mahg-ee (magi) asal kata Inggris magic. Dosa terburuk adalah berdusta. Karenanya, tidak ada dusta di antara mereka. Tidak seperti kita, bukan? Hasil jarahan mereka, termasuk berragam jenis rerumputan, semak, serta bunga, mereka tanam secara teratur dan berkontur indah di taman-taman luas Pairidaeza, ini asal kata paradise atau firdaus!

Pada 549 Sebelum Masehi, ketika Persia dipimpin Raja Kyrus, ia mulai mengembangkan kerajaannya. Korban pertama Raja Kyrus adalah kerabatnya sendiri, Raja Media, iparnya Raja Kroesos dari Lydia yang diceritakan di atas tadi.

Setelah mendapat penunjuk dari Orakel Pythia, maka, dengan pasukan berkudanya yang tangguh dan berjirah besi, pasukan Kroesos menyerbu pasukan Kyrus di Media. Namun, tak ada yang kalah. Akhirnya Raja Kroesos mengadakan genjatan senjata dan membawa pasukannya kembali ke Lydia.

Karena tanpa persetujuan Kyrus, pasukan Persia diam-diam membuntuti mereka hingga kota Sardis. Dinihari pasukan berunta Persia menyerbu kota dan memorak0morandakan pasukan berkuda Lydia. Tembok kota Sardis yang tinggi pun mereka panjati. Raja Kyrus sekarang menguasai Media dan Lydia, tentu saja, sekaligus dengan seluruh kekayaan dan kebudayaan mereka. Sekali dayung dua pulau terlampaui.

Korban berikutnya Babilonia, negeri yang baru dibangun kembali oleh Nebukadnezar. Kota yang makin gemerlap dengan taman bergantung, pintu gerbang ishtar, kuil ziggurat, istana, rumah-rumah tembok, dan penjara Yahudi. Ketika ditaklukkan Persia, sebagian Yahudi ada yang tinggal dan menjadi Yahudi Irak, sebagian lagi kembali ke Yerusalem.

Putra Kyrus, Kambysas, meluaskan wilayahnya ke Mesir dan mengakhiri kemerdekaan Mesir yang 1.000 tahun.

Pada 500 Sebelum Masehi, Persia dipimpin Raja Darius Agung, yang berhasil menjajah semua peradaban kuno di Timur Tengah, kecuali Arabia.

Renungan4

Berani Hidup, Siapa Takut!

Oleh Antho M. Massardi

“Allâh, tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia yang Mahahidup lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya; tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allâh tanpa izin-Nya. Allâh mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allâh melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allâh meliputi langit dan bumi. Dan Allâh tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allâh Mahatinggi lagi Mahabesar,” (QS al-Baqarah [2]: 255).

Dengan menyebut nama Allâh yang Mahapemurah lagi Mahapenyayang. Alhamdulillâhi Rabbil ‘Âlamîn. Sungguh, segala pujaan dan pujian dari segenap makhluk ciptaan-Nya hanya layak bagi Allâh, Tuhan semesta alam. Dia-lah yang menyiptakan segala sesuatu dari tiada menjadi ada. Dia-lah yang mengadakan dan meniadakan, yang memelihara dan memusnahkan seluruh ciptaan-Nya di jagad mikrokosmos dan makrokosmos. Dia terus-menerus menyiptakan segala sesuatu yang baru tanpa pengulangan, secara evolusioner dan revolusioner. Atas kehendak Allâh-lah kehidupan ini ada. Dia-lah yang Mahahidup, yang Mahaberkehendak, dan yang Mahaberdirisendiri.

Apa yang lebih indah, lebih berharga, dan lebih berkah dari kehidupan kita yang telah dianugerahkan dan dikehendaki-Nya? Tidak ada yang paling berharga, baik di dunia ini maupun di akhirat kelak, selain kehidupan. Apa saja yang kita miliki di dunia ini, tidak akan memberi manfaat sedikit pun kalau kita tidak hidup alias mati. Tahta, harta, wanita, keluarga, prestasi, popularitas, sejuta nikmat, atau apa saja kemewahan duniawi yang kita miliki, tidak akan bermanfaat kalau kita mati, bukan? Tidak akan bernilai apa pun dunia ini bagi orang yang jasad, ruh, dan jiwanya sudah terpisah. Tidak ada tempat yang layak bagi orang mati kecuali ia dikubur di liang lahat yang gelap untuk menjadi santapan ulat dan cacing tanah. Hanya tiga bekal yang dapat menyertai orang mati, yakni amal saleh, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak saleh.

Betapa bodoh orang yang tidak berani hidup! Betapa malasnya orang yang tidak mau mengumpulkan ketiga bekal itu selama kita diberi kesempatan hidup di dunia ini.

Nah, untuk memahami apa arti kehidupan ini serta mengumpulkan ketiga bekal menuju kematian dan memasuki dunia keabadian itulah, buku ini dirangkum berdasarkan firman Allâh dalam al-Quran dan teladan kehidupan Rasulullâh Muhammad saw. Kita memang diciptakan hanya untuk beribadah kepada-Nya. Bersyukurlah umat Islam, hanya dengan mengucapkan Bismillâhir-Rahmânir-Rahîm pada awal setiap perbuatannya yang baik dan mengucapkan Alhamdulillâhi Rabbil’âlamîn pada akhir setiap perbuatannya itu, termasuk ibadah kepada Allâh.

Dengan logika itulah, buku ini dirangkum untuk mengenal Allâh Rabbil ‘Âlamîn, Khalik Langit dan Bumi. Siapakah Allâh yang Mahakuasa itu. Bagaimana dan terbuat dari apa alam semesta ini. Kapan dan mengapa bumi ini diproses berbeda. Kapan dan bagaimana awal kehidupan ini diciptakan. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyiptakan semua itu. Kapan dan bagaimana manusia diciptakan. Kenapa kita harus bersyukur dan bertakwa kepada Allâh Rabbil ‘Âlamîn. Kenapa manusia harus membaca dengan panca indera dan matahati. Dan seterusnya secara kronologis mengikuti proses penyiptaan alam semesta ini.

Beruntunglah kita sekarang hidup di zaman terang-benderang, di mana ilmu pengetahuan dan teknologi demikian pesatnya dan canggih. Nyaris tidak ada lagi rahasia alam semesta yang tidak dapat dilacak, asal-usul zatnya maupun waktu terciptanya, di langit maupun di bumi, yang makrokosmis maupun yang mikroskopis. Walaupun, tentu saja, seluruh bukti dan fakta ilmiah tersebut hanya setetes saja dari lautan ilmu Alläh yang Mahamengetahui. Penemuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah Ledakan Besar dalam pemikiran yang menjadi lubang cahaya bagi manusia menuju Dunia Holistik.

Sejak ditemukannya teori Big Bang (Ledakan Besar) pada 1929 oleh astronom terkemuka Edwin Hubble, pandangan manusia akan semesta alam ini makin jelas sebagaimana yang difirmankan Alläh dalam al-Quran, 1.330 tahun sebelumnya. Apalagi, setelah ditemukan bukti-bukti yang mengukuhkan teori Big Bang itu oleh George Gamov (1948) serta oleh peraih Nobel, Arno Penzias dan Robert Wilson (1965), yang menemukan adanya sisa Ledakan Besar berupa gelombang panas (surplus radiasi) yang menyebar ke seluruh alam semesta. Satelit NASA-COBE (Cosmic Background Explorer), menemukan kebenaran bukti itu berupa konsentrasi hidrogen-helium memenuhi angkasa raya. “Maka, apabila langit telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti minyak (kilapan hidrogen dan helium). Maka, nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan? Mahaagung nama Tuhanmu yang Memunyai Kebesaran dan Karunia,” (QS ar-Rahmän [55]: 37).

Demikian pula tentang awal kehidupan makhluk bumi, yang berkembang dari jasad renik bersel satu (amoeba), lalu berevolusi menjadi beraneka bentuk tetumbuhan dan binatang yang ada pada masa kini. Para ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu di seluruh dunia, telah menggali hampir di berbagai lapisan bumi untuk menemukan dan menyambung keping-keping sejarah kehidupan itu sehingga tersusunlah riwayat peradaban kita sampai hari ini. Bumi kita tercinta ini, ternyata, telah dan akan terus melahirkan tetumbuhan dan binatang yang jumlah keseluruhannya lebih dari dua juta varietas. Semuanya menjadi ada, hidup, dan berevolusi sejak adanya air, udara, dan sinar matahari. Manusia hanyalah satu mata rantai terakhir dari untaian panjang kehidupan itu, alih-alih Rasululläh Muhammad saw. yang menjadi mata rantai atau batu bata terakhir dari 124 ribu untaian bangunan kenabian dan kerasulan.

Maka, tidak akan ada nikmat Tuhan sekecil apa pun yang akan kita dustakan, apabila kita mengetahui betapa dahsyatnya proses kejadian alam semesta ini dengan tujuh lapis langit. Coba perhatikan, nanti akan terbukti, betapa miripnya proses penyiptaan alam semesta itu dengan terciptanya kehidupan di bumi dan dengan proses kejadian manusia, tetumbuhan, dan binatang. Maka, betapa sangat beruntungnya kita diberi kesempatan dan peran dalam kehidupan ini sebagai khalifah-Nya di muka bumi! Maka, berani hidup, jangan takut!

Untuk tidak membuang banyak waktu, mari kita mulai dengan mengenal siapakah Allâh, Tuhan Penyipta Langit dan Bumi.

Allâh Rabbil ‘Âlamîn

“Tuhan, Dia adalah Allâh Rabbil ‘Âlamîn, pemilik 99 Nama Terindah dan Terbaik, Asmâ’ul Husnâ. Maka bermohon dan berserulah kepada-Nya dengan menyebut asmâ’ul husnâ itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran-keesaan-Nya dalam menyebut nama-nama-Nya,” (QS al-A’râf [7]: 180).

Sesungguhnya, segala kebaikan, ilmu, ilham, hikmah, dan kebijaksanaan datang hanya dari Allâh Rabbil ‘Âlamîn, Pemilik Sumber Segala Ilmu Pengetahuan di langit dan di bumi. Allâh memberikan atau tidak memberikan hikmat dan rahmat kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Tidak bergantung kepada apa pun karena Dia-lah tempat segala bergantung. Dia adalah Kehendak-Nya sendiri. Dzat yang mengatur segala urusan makhluk-Nya dari Arsy. Dia-lah penulis setiap peristiwa di Lauh Mahfudz miliaran juta tahun sebelumnya, baik di langit, di bumi, maupun di antara keduanya. Tidak ada sesuatu pun yang tidak diketahui-Nya, di dunia mikrokosmos maupun di jagad makrokosmos, di dunia fisika atau dunia metafisika, gugurnya sehelai daun atau jasad renik bergerak siang atau dalam gelap. Semua ada dalam kendali Kekuasaan-Nya, semua bertasbih dan tunduk patuh kepada perintah-Nya dan kehendak-Nya.

Bedanya, manusia dianugerahi kecerdasan dan akal majemuk, juga kemerdekaan untuk memilih berbuat apa saja, namun dengan itu kita hanya akan memperoleh apa yang diniatkan dan diusahakan. Apa pun yang kita pilih untuk dikerjakan dan diperbuat dalam kehidupan kita di dunia atau di akhirat kelak, itu yang akan kita dapat. Jalan hidup kita, ke mana, kapan, dan sampai di mana tujuan akhirnya, kitalah yang memilihnya: dunia, akhirat, atau dunia dan akhirat.

Tuhan adalah Allâh Rabbil ‘Âlamîn, pemilik 99 Nama Terindah dan Terbaik, Asmâ’ul Husnâ. Maka, bermohon dan berserulah kepada-Nya dengan menyebut asmâ’ul husnâ itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran-keesaan-Nya dalam menyebut nama-nama-Nya.

Allâh Rabbil ‘Âlamîn tidak pernah menyiptakan sesuatu di semesta jagad raya ini dan yang ada pada keduanya, tanpa tujuan. Tidak sesuatu pun yang diciptakan-Nya dengan senda gurau, secara iseng-iseng, atau tanpa maksud. Karena, Dia-lah keseluruhan semesta ini sejak Awal hingga Akhir. Alih-alih sebuah lingkaran, Dia-lah titik Awal dan Akhir kehidupan semesta alam. Dia-lah Pemilik Jangka Kehendak Penyiptaan Kerajaan Langit-Bumi beserta yang ada di dalamnya. Segala sesuatu berawal dari-Nya dan pasti kembali kepada-Nya. Dia-lah Allâh Tuhan yang berhak disembah Alam Semesta. Tuhan yang Mahaesa. Tuhan yang tidak beranak dan tidak diperanakkan. Tuhan yang Berdiri Sendiri. Tidak membutuhkan sesuatu karena Dia yang menyiptakan segala sesuatu. Tuhan bukan sesuatu karena Dia-lah Dzat Tunggal, Titik Pusat Jagad Semesta, tidak ada sesuatu yang menyerupai-Nya. Tidak punya sekutu. Bagi Allâh, kalau Dia menghendaki sesuatu hanya berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah itu. Tidak ada yanga sia-sia.

Allâh, Dia-lah yang Mahapemurah. Yang telah mengajarkan al-Quran. Dia menyiptakan manusia dan mengajarnya pandai berbicara. Matahari dan bulan beredar juga menurut perhitungan-Nya. Segala tetumbuhan pun tunduk kepada-Nya. Allâh telah meninggikan langit dan meletakkan neraca keadilan. Dia yang mengajari manusia tentang neraca itu. Menegakkan timbangan dengan adil dan tidak menguranginya. Allâh-lah yang telah meratakan bumi untuk makhluk-Nya. Di bumi kita ada buah-buahan dan pohon kurma yang memunyai kelopak mayang. Juga biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya.

Allâh adalah Dia yang menyiptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar, dan Dia menyiptakan jin dari nyala api. Tuhan-lah yang memelihara tempat terbit matahari dan memelihara tempat terbenamnya. Dia membiarkan dua lautan mengalir yang kemudian bertemu, dan antara keduanya ada batas (tanah genting, air tawar, dan air asin) yang tidak dilampaui masing-masing. Dari keduanya keluar mutiara dan marjan. Dan kepunyaan-Nya-lah bahtera-bahtera yang tinggi layarnya di lautan laksana gunung-gunung. Semua yang ada di bumi itu akan binasa, yang tetap kekal adalah Dzat Tuhan yang memunyai kebesaran dan kemuliaan. Semua yang ada di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan.

Dia memerhatikan sepenuhnya kepada manusia dan jin. Dia yang mengizinkan manusia, jika sanggup menembus penjuru langit dan bumi, dengan kekuatan. Dia-lah yang telah membelah langit dengan ledakan besar dan menjadikan hidrogin-helium seperti merah mawar minyak. Maha Agung nama Tuhanmu yang Memunyai Kebesaran dan Karunia.


Allâh sendiri menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia yang berhak disembah, yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu juga menyatakan yang demikian itu. Tidak ada Tuhan melainkan Dia yang berhak disembah, Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Beruntunglah kita kaum Muslim, karena sesungguhnya agama yang diridoi di sisi Allâh hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian yang ada di antara mereka. Celakalah orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allâh itu, maka sesungguhnya Allâh sangat cepat hisab-Nya.

Alläh-lah yang telah menyiptakan langit dan bumi dalam enam masa. Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan diciptakan-Nya pula matahari, bulan, dan bintang-bintang, masing-masing tunduk kepada perintah-Nya. Hanya Alläh yang Mahasuci, yang menyiptakan dan memerintah semesta alam.

Alläh-lah yang meninggikan langit tanpa tiang sebagaimana yang kamu lihat, kemudian menundukkan matahari dan bulan. Semua beredar hingga waktu yang ditentukan. Alläh-lah yang mengurus makhluk-Nya, menjelaskan tanda-tanda kebesaran-Nya, supaya kita meyakini pertemuan dengan-Nya. Alläh menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan apa yang Dia kehendaki, dan di sisi-Nya-lah Ummul-Kitab Lauh Mahfuzh.

Sungguh, hanya Alläh, tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia yang Mahahidup lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya; tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Alläh tanpa izin-Nya. Alläh mengetahui apa yang di hadapan dan di belakang manusia, dan manusia tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Alläh melainkan sedikit sesuai apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Alläh meliputi langit dan bumi. Alläh tak keberatan memelihara keduanya dan apa yang ada antara keduanya dan Alläh Mahatinggi lagi Mahabesar.

Dia-lah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagi kita dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air hujan dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untuk kita; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Alläh, padahal kamu mengetahui. Dia-lah Alläh, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menyiptakan langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Mahamengetahui segala sesuatu.

Sesungguhnya dalam penyiptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Alläh turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (dari Ledakan Besar dan kekeringan), dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh terada tanda-tanda keesaan dan kebesaran Alläh bagi kaum yang memikirkan. Dzat demikian itu Alläh, Tuhan manusia, maka sembahlah Dia. Apakah kamu tidak mengambil pelajaran?

Segala puji bagi Alläh yang telah menyiptakan langit dan bumi dan mengadakan gelap dan terang, namun orang-orang yang kafir memersekutukan ciptaan-Nya dengan Sang Penyipta. Tuhan. Padahal, Alläh yang menjadikan bumi tempat berkumpul orang-orang hidup dan orang-orang mati, lalu Dia menjadikan padanya gunung-gunung yang tinggi, dan Dia memberi minum kamu dengan air tawar. Padahal, Alläh telah menjadikan bumi sebagai hamparan, gunung-gunung sebagai pasak, menjadikan kita berpasang-pasangan, menjadikan tidur untuk istirahat, menjadikan malam sebagai penutup, menjadikan siang untuk menyari penghidupan. Alläh juga yang membina di atas manusia tujuh buah langit yang kokoh, dan menjadikan matahari sebagai pelita yang terang, menurunkan air dari awan, supaya tumbuh dengan air itu biji-bijian dan tetumbuhan, hutan-hutan, kebun-kebun yang lebat. Semua itu untuk kesenangan kehidupan dan untuk binatang-binatang ternakmu.

Maka, apakah manusia tidak memerhatikan unta bagaimana ia diciptakan. Dan langit, bagaimana ia ditinggikan. Dan gunung-gunung, bagaimana ia ditegakkan. Dan bumi, bagaimana ia dihamparkan?

Ingatlah ketika Tuhan bersumpah: Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, dan bulan apabila mengiringinya, dan siang apabila menampakkannya, dan malam apabila menutupinya, dan langit serta pembinaannya, dan bumi serta penghamparannya, dan jiwa serta penyempurnaannya, maka Alläh mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu dan rugilah orang yang mengotorinya.

Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, dan Dia menyiptakan sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat penunjuk, Dia ciptakan tanda penunjuk itu. Dengan bintang-bintang itulah manusia mendapat penunjuk. Maka apakah Alläh yang menyiptakan itu sama dengan yang tidak dapat menyiptakan apa-apa? Maka, mengapa kamu tidak mengambil pelajaran. Dan jika kamu mengitung-itung nikmat Alläh, niscaya kamu tidak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Alläh benar-benar Mahakaya lagi Mahapemurah.

Dia-lah Alläh yang menundukkan lautan untuk manusia, agar dapat memakan darinya daging ikan yang segar, dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan mutiara yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu menyari keuntungan dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.

Siapakah Tuhan alam semesta itu? Dia-lah yang menyiptakan segala sesuatu dari air yang turun dari bawah Arsy-Nya, kemudian mengalir berdampingan dengan rahmat kehendak-Nya hanya dengan berkata “Kun!”. Dan Dia pula yang menyiptakan manusia dari air, lalu Dia jadikan manusia itu punya keturunan dan mushaharah—kerabat besan, dan Tuhanmu Mahakuasa. Maka, celakalah manusia yang menyembah selain Alläh, sesuatu yang tidak memberi manfaat dan tidak pula memberi mudharat. Sungguh, orang-orang kafir itulah penolong setan untuk berbuat durhaka kepada Tuhan.

Setelah mengetahui sedikit tanda-tanda kekuasaan Alläh, apakah masih ada keyakinan di hatimu bahwa selain Alläh ada tuhan yang lain? Padahal kita tahu bahwa, Tuhan-lah yang mengabulkan doa orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan Alläh yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi.

Atau, siapakah yang memimpin manusia dalam kegelapan di daratan dan lautan dan siapa pulakah yang mendatangkan angin sebagai kabar gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya berupa air hujan? Apakah di samping Alläh ada tuhan yang lain? Mahasuci Alläh atas apa yang mereka persekutukan itu. Atau, siapakah yang menyiptakan manusia dari permulaannya, kemudian mengulanginya lagi, dan siapa pula yang memberikan rezeki kepadamu dari langit dan bumi? Apakah di samping Alläh ada tuhan yang lain?

Coba perhatikanlah, siapakah yang telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan yang di bumi, semuanya? Itulah rahmat-Nya. Tanda-tanda kekuasaan Alläh kalau kamu berpikir. Bukankah sesungguhnya Alläh yang menyiptakan, membinasakan, dan kuasa pula menghidupkan orang-orang dan segala sesuatu yang sudah mati? Ya, Dia-lah Alläh Tuhan yang Mahakuasa atas segala sesuatu.

Dalam uraian pada bab-bab di dalam buku ini, kita akan membaca dan mengerti, betapa Mahabenarnya Alläh dalam segala firman-Nya. Kita akan melihat langit yang ada di atas, bagaimana Alläh menyiptakannya dari air, meninggikannya, dan menghiasinya dengan sebuah Ledakan Besar, tapi langit itu tidak retak sedikit pun walaupun terus mengembang sampai detik ini. Langit itu Dia bangun dengan kekuasaan-Nya dan sesungguhnya Alläh benar-benar Mahakuasa. Kemudian Alläh menghamparkan bumi dari Ledakan Besar itu, kemudian meletakkan gunung-gunung yang kokoh dan menghidupkan segala macam tetumbuhan dan binatang yang tidak tampak dan yang tampak indah dipandang mata, untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang mengingat-Nya. Dan, segala sesuatu diciptakan-Nya berpasang-pasangan (sejak dalam bentuk sel) supaya kamu mengingat kebesaran Allah. Seperti itu pulalah terjadinya hari kebangkitan kelak. Dan, Tuhan sedikit pun tidak ditimpa keletihan.

Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. Dia bersama manusia di mana saja kamu berada. Alläh Mahamelihat apa yang kita kerjakan. Kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi. Dan kepada Alläh-lah dikembalikan segala urusan. Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam. Dia Mahamengetahui segala isi hati manusia.

Kita juga akan meyakini bagaimana Alläh menyiptakan tujuh langit bertingkat-tingkat. Dan Alläh menyiptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita. Dan Alläh menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya, kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalam tanah dan akan mengeluarkan kamu dari tanah pada hari kiamat dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya bagi Alläh sama mudah menyiptakan manusia atau langit. Alläh membinanya, meninggikannya, lalu menyempurnakannya, dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, menjadikan siangnya terang benderang.

Lihat dan perhatikanlah unta bagaimana ia diciptakan. Mahatinggi Alläh. Bagaimana bisa manusia yang diciptakan dari air mani, tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata? Nanti, akan kita lihat betapa ciptaan-Nya tak ada yang sia-sia. Dia menyiptakan binatang ternak untuk manusia; bulunya untuk menghangatkan dan berbagai manfaat, dagingnya sebagian kita makan. Bahkan, kita memeroleh pandangan indah padanya, ketika membawanya ke kandang dan ketika kamu melepaskannya ke tempat penggembalaan. Sungguh, Tuhanmu benar-benar Mahapengasih dan Mahapenyayang. Dia juga menyiptakan kuda, bagal, dan keledai, agar kamu menungganginya dan menjadikannya perhiasan. Alläh menyiptakan juga apa yang kita tidak mengetahuinya. Dan hak Alläh-lah menerangkan jalan lurus di antara jalan-jalan ada yang bengkok. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda kekuasaan Alläh bagi kaum yang memikirkan, bagi kaum yang memahaminya, bagi kaum yang mengambil pelajaran, agar kamu bersyukur. Maka, apakah Alläh yang menyiptakan itu sama dengan yang tidak dapat menyiptakan apa-apa? Maka, mengapa kamu tidak mengambil pelajaran.

Namun, hati-hati, karena dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Alläh-lah tempat kembali yang baik di surga. “Katakanlah: ‘Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?’ Untuk orang-orang yang bertakwa kepada Alläh, pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan mereka dikaruniai istri-istri yang disucikan serta keridhaan Alläh. Dan Alläh Mahamelihat hamba-hamba-Nya. Yaitu, orang-orang yang berdoa: ‘Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka,’ yaitu orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya di jalan Alläh, dan yang memohon ampun di waktu sahur,” (QS Ali Imran [3]: 15-17).

Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pepohonan, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada manusia? Dan banyak di antara manusia yang telah ditetapkan azab atasnya. Dan barangsiapa yang dihinakan Alläh maka tidak seorang pun yang akan memuliakannya. Sesungguhnya Alläh berbuat apa yang Dia kehendaki.

Alläh-lah pemberi cahaya kepada langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Alläh, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca dan kaca itu seakan-akan bintang yang bercahaya seperti mutiara, dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, yaitu pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur sesuatu dan tidak pula di sebelah baratnya, yang minyaknya saja hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya berlapis-lapis, Alläh membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Alläh yang membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Alläh Mahamengetahui segala sesuatu.

Tidaklah kamu tahu bahwasanya Alläh: kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi, juga burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui cara beribadah dan tasbihnya, dan Alläh Mahamengetahui apa yang mereka kerjakan. Dan kepunyaan Alläh-lah kerajaan langit dan bumi dan kepada Alläh-lah kembali semua makhluk. Tidakkah kamu melihat bahwa Alläh-lah yang mengarak awan, mengumpulkan antara bagian-bagiannya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya, Alläh juga menurunkan butiran-butiran es dari langit, yaitu dari gumpalan-gumpalan awan seperti gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya butiran-butiran es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan. Alläh menggilirkan malam dan siang.

Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran yang besar bagi orang-orang yang memunyai penglihatan. Dan Alläh telah menyiptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Alläh menyiptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Alläh Mahakuasa atas segala sesuatu. Sesungguhnya Dia telah menurunkan ayat-ayat yang menjelaskan. Dan Alläh memimpin siapa yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.

Sesungguhnya yang takut kepada Alläh di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah orang-orang berilmu. Sesungguhnya Alläh Mahaperkasa lagi Mahapengampun. Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Alläh dan mendirikan salat dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Dia anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Alläh menyempurnakan pahala manusia dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Alläh Mahapengampun lagi Mahamenyukuri.

Hanya orang-orang berpikir yang berpengetahuan, yang berilmu, yang tidak tuli dan tidak buta telinga dan mata hatinya, dan tidak bodoh yang dapat membaca dan mengerti kalam-Nya yang terbentang seluas semesta jagad raya ini. Maka, “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menyiptakan, Dia telah menyiptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Mahapemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam (ilmu pengetahuan). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya,” (QS al-‘Alaq [96]: 1-5).

Mari kita lihat, apa dan bagaimana Alläh menyiptakan alam semesta dan segala sesuatu dari air.